Kisah Nasionalis dan Satria Kumbakarna Sebagai Pahlawan Negara
Kisah pewayangan Ramayana telah dikenal oleh masyarakat
indonesia sejak masuknya agama Hindu ke Nusantara. Cerita Ramayana sendiri
berkisah tentang pertarungan hebat Prabu Rama Wijaya dengan raksaksa jahat Rahwana
yang memperebutkan satu orang wanita yakni Dewi Shinta
Kisah cinta terlarang yang timbul dari hasrat ingin memiliki
sang raksaksa Rahwana membuatnya nekat menculik istri dari Sang Prabu Rama Wijaya,
sungguh tindakan yang tidak dapat dibenarkan. Akibat hasrat Rahwana ini semua terkena imbasnya
Tak terkecuali adik dari Rahwana itu sendiri yaitu
Kumbakarna dan Wibisana, nah yang manarik dari kisah Ramayana adalah sosok raksaksa
Kumbakarna yang berjiwa kesatria. Ia tidak jahat, artinya ia baik walaupun rupa
wajahnya adalah raksaksa yang mengerikan
Di artikel ini pun penulis tidak akan membahas kisah cinta
terlarang Rahwana dangan Sang dewi cantik Shinta. Khusus artikel ini penulis
hanya akan menggambarkan sisi lain dari raksaksa baik nan satria yakni sosok
Kumbakarna
Langsung saja!
Bela Negara Ala Kesatria Kumbakarna
Kelahiran ketiga anak Wisrawa dan Sukesi adalah sebuah
kutukan dari para dewa. Ini adalah imbas dari hubungan terlarang yang dilakukan
sang Resi dengan Sang Dewi, dari hubungan terlarang yang membuat dewa marah ini
Dewi sukesi melahirkan tiga anak rupa raksaksa yang berbeda watak-nya. Ketiga
anak tersebut adalah Rahwana, Kumbakarna, dan Wibisana
Kumbakarna merupakan seorang raksaksa tinggi besar dengan
wajah yang menyeramkan, namun walaupun demikian Kumbakarna tidaklah memiliki
sifat layaknya raksaksa pada umumnya. Kumbakarna memiliki sifat patriot dan
nasionalis yang tinggi, ia rela mengorbankan segala yang dia miliki demi
membela tanah tumbah darah-nya
Raksaksa bertelinga kendi ini dikenal sangat kuat, gagah dan
berani. Namun, ia tetap memiliki sebuah kelemahan dimana akibat tapa brata-nya
menyembah Dewa Brahma ia di anugrahi tidur selama enam bulan dan bangun selama
enam bulan
Kumbakarna bukanlah tokoh antagonis kisah ramayana, ia
adalah tokoh protagis. Ia selalu mengingatkan dan menasehati kakaknya jika
perbuatan yang dilakukan sang kakak ialah perbuatan yang salah
Namun apadaya, pendirian Rahwana tetap kokoh, nasihat dari
adiknya sendiri tidak ia hiraukan. Ini adalah konsekuensi dari perbuatan
Rahwana, Hingga tiba pada waktunya bala tentara Rama menyerang tanah Alengka. Seluruh
penjuru Alengka bergema karena genderang perang telah ditabuh
Perang di Alengka
“Kang mas, perbuatanmu salah dan tidak lah dapat di benarkan. Kamu
telah memancing kehancuran bagi tanah kita sendiri, Alengka” ucap Kumbakarna
“Pendirianku tetap kokoh, aku ingin mengembalikan Dewi Shinta
dengan cara ku, yaitu perang dengan Rama dan mati sebagai kesatria sejati” timpal
Rahwana
“Sepertinya nashihatku sudah tidaklah berguna lagi kang mas,
baiklah jika nampak-nya perang harus
terjadi dan pertumpahan darah tak dapat dihindari di tanah Alengka ini. Aku
siap maju menjadi prajurit dan menjadi garda terdepan menghadapi musuh” seru kumbakarna
“Membelaku?” tanya Rahwana
“Bukan! Aku berperang bukan untuk membelamu Kakang, aku
berperang membela tanah airku tanah tumpah darah ku, ALENGKA!!” ucap kumbakarna
dengan tegas kepada Rahwana
Tidak seperti Arya Wibisana yang bergabung dengan Rama dan
perpaling menyerang Alengka, kumbakarna tetap berperang membela Alengka tanah
kelahiran-nya tanpa sedikitpun ada rasa ingin membela Rahwana
Kematian kumbakarna
Kumbakarna berperang menunaikan tugas-nya sebagai prajurit
pembela negara, tidak ada rasa permusuhan dirinya kepada Rama. Itu artinya
perang ini hanya semata-mata untuk melindungi negerinya
Kesaktian dan keberanian Kumbakarna sudah tidak diragukan lagi, ia
banyak membunuh satria pilihan Rama dan prajutit wanara-nya. Walau tangan dan
kakinya telah putus oleh panah sakti Rama, Kumbakarna masih bisa menggulingkan
badan besarnya kesana kemari menggencet pasukan Rama
Karena merasa iba dengan keteguhan tekad Kumbakarna, Prabu Rama
akhirnya melepaskan panah Gumawijaya untuk terakhir kalinya tepat dileher Kumbakarna
dan melalui panah tersebutlah Kumbakarna menemui ajal terakhirnya
Kematian Kumbakarna membawa duka, tak hanya Alengka langitpun ikut bersedih. Bau harum
kembang melati dan kantil turun dari langit. Pahlawan yang teguh pemberani
telah mati membawa duka bagi negeri yang ditinggali
SELESAI
0 Response to "Kisah Nasionalis dan Satria Kumbakarna Sebagai Pahlawan Negara"
Post a Comment